Arti dan Fungsi Nasi Tumpeng
Arti dan Fungsi Nasi Tumpeng
Tujuan dari makalah ini adalah untuk memfokuskan terhadap morfologi pesta tradisional Indonesia yang digunakan dalam banyak ritual komunal, nasi tumpeng (nasi kuning bersifat kerucut). Meski sudah banyak artikel yang menulis tentang ritual selametan, cuma sedikit yang mampu ditemukan tentang Nasi Tumpeng. Pengertian selametan mengungkap pengertian syukur, berkah dan rahmat. Itu diadakan untuk merayakan ritus peralihan dan mempromosikan rasa komunitas. Makalah ini berpendapat bahwa biarpun nasi tumpeng cuma merupakan komponen dari ritual selametan, namun mampu dibilang memberikan konteks yang lebih luas di wilayah yang lebih luas daripada ritual selametan.
Bagian pertama dari makalah ini membongkar dan mengeksplorasi nasi tumpeng tradisional. Ini memberikan wawasan yang lebih dalam tentang rancangan inti nasi tumpeng sebagai pesta ritual dari segi estetika, nilai, fungsi dan maknanya. Nasi tumpeng punyai arti lebih dari hanya makanan atau resep. Alih-alih itu adalah kisah pesta ritual tradisional yang mencerminkan budaya dan langkah hidup Jawa. Bagian ke dua dapat mengkaji tentang nilai signifikansi dan pergantian nasi tumpeng dalam konteks kekinian. Melalui asumsi ini, pemahaman yang lebih mendalam tentang budaya pangan Indonesia dapat tercapai tumpeng mini Jakarta .
Simbol adalah arti yang kompleks dan ambigu. Ia bekerja kebalikan dari sinyal – di mana ia lebih universal dan tidak terkait dengan budaya. Simbol adalah sinyal spesifik yang sewenang-wenang. Ia cuma mampu dipahami dalam konteks di mana ia ditafsirkan oleh budaya itu sendiri. Rodney Needham mendeskripsikan lambang sebagai suatu hal yang menyatakan atau melakukan tindakan sebagai acuan dalam budaya yang berbeda. Simbol tercipta dari kesepakatan dengan dalam mengasosiasikan fakta atau ide tertentu. Menurut Cassier, lambang adalah bagian dari semiotik manusia (homo symbolicus), dan digunakan untuk komunikasi. Berkaitan dengan fungsinya, Rodney Needam menyatakan bahwa simbol-simbol sosial tidak hanya untuk menandai atau tingkatkan pentingnya apa yang disimbolkan, namun juga untuk memunculkan dan menopang prinsip emosional terhadap apa yang dinyatakan perlu dalam group sosial. Nasi tumpeng merupakan penopang gaya hidup masyarakat Jawa.
MAKANAN SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI SIMBOLIK
Dalam kelompok, ritual dan upacara nyaris senantiasa ditandai dengan pemakaian makanan. Untuk semua kelompok, makanan di sediakan untuk mengemukakan informasi sosial sebagai penanda secara terus menerus di tiap tiap kesempatan yang penting. Makanan umumnya digunakan sebagai lambang komunikasi karena makan adalah kegiatan paling dasar bagi semua kode sosial untuk melanjutkan keberadaan fisiknya.
Manusia wajib tidur, makan, pingsan dan berhubungan seks untuk kelangsungan fisiknya. Tidur merupakan kegiatan kehidupan sehari-hari yang tidak kemungkinan mampu dikendalikan oleh manusia. Padahal makanan adalah hal yang berwujud. Itu mampu dikontrol dan dipilih untuk permohonan sehari-hari. Bagi lebih dari satu orang, pilihan atau variasi makanan adalah tindakan yang mampu diabaikan untuk melawan kebosanan rasa dalam makanan sehari-hari.
Makanan berfungsi sama sebagai alat komunikasi dalam group spesifik dan sebagai penanda batas pada beraneka kelompok. Fungsi sosial pangan yang paling penting adalah berfungsi sebagai indikator beraneka macam identitas sosial, dari area ke etnis, dari kelas ke usia atau style kelamin. Secara konkret, makanan berfungsi untuk merealisasikan hubungan pada individu dan kelompok. Oleh karena itu, hubungan sosial dikembangkan dan dipelihara dengan memakai simbolisme makanan.
SIMBOLISME JAWA
Memahami simbolisme Jawa ibarat memirsa lakon wayang. Bagi masyarakat Jawa, memirsa wayang lebih dari hanya hiburan yang melibatkan panca indera. Ini adalah seni menyita simbol-simbol yang tersembunyi dari cerita wayang. Seperti ungkapan yang disita dari lagu rakyat Jawa yang terkenal:
Jika Anda mengidamkan menembus realitas, terlibatlah dalam simbolisme
Bercermin terhadap arti lambang itu sendiri tidaklah cukup, untuk tahu sebuah lambang wajib mengalaminya. Konsep ini disebut ‘rasa‘. Konsep rasa Jawa adalah: merasakan dan mengalami kebenaran dengan akal sehat dan intuisi batin untuk menggapai kebijaksanaan. Di sinilah dunia nyata jadi tidak perlu dan simbolisme jadi nyata. Simbolisme Jawa menciptakan realitas baru di mana tujuan dunia nyata dan persepsi indra kita jadi ilusi. Mereka bersifat ambigu dan berbeda. Pengalaman teristimewa sehari-hari sebabkan seseorang tahu dan menghormati arti sebetulnya dari simbolisme Jawa. Pengalaman tiap tiap individu berlainan satu sama lain. (Misalnya bagaimana kita mengukur kebahagiaan / kesedihan?) Dari rancangan inilah simbolisme Jawa sangat sulit untuk diartikulasikan.
KEHIDUPAN KOSMOLOGI TUMPENG DAN JAWA
Nasi tumpeng bukanlah resep, melainkan sebuah catatan simbolis dari pesta ritual tradisional, selametan. Pengertian selametan mengungkap pengertian syukur, berkah dan rahmat. Itu diadakan untuk merayakan ritus peralihan dan mempromosikan rasa komunitas.
Banyak orang Indonesia percaya bahwa kehidupan ditentukan oleh kemampuan eksternal; seseorang tidak mampu melampaui keadaan kehidupan yang sudah ditetapkan. Sebagian besar budaya Barat percaya bahwa tantangan manusia adalah menaklukkan dan mengendalikan alam. Orang Barat kemungkinan percaya bahwa panen biji-bijian yang baik adalah hasil dari keadaan iklim, pupuk, dan pestisida. Seorang petani Jawa kemungkinan juga percaya bahwa panen adalah hasil dari mengikuti properti dan upacara untuk memelihara harmoni dengan alam. Perbedaan pendapat apakah manusia adalah penguasa alam tunduk terhadap karakter terbawa ke area kerja. Di Indonesia, ada keyakinan yang kuat terhadap karma, nasib, dan tatanan alam semesta yang sebabkan masalah usaha tertentu. Sedangkan bagi orang Barat, mencoba pilih dan tahu suatu keadaan perlu asumsi rasional dan logis.
SELAMETAN
Ada pandangan umum di lebih dari satu besar antropolog yang mempelajari Jawa bahwa selametan terdapat di jantung agama Jawa. Seperti yang dikatakan Geertz, inti dari semua sistem agama Jawa terdapat terhadap ritual kecil yang formal, tidak dramatis, dan nyaris sembunyi-sembunyi: selametan.
Ritual semacam itu diadakan di area atau acara perlu seseorang. Ini beragam dari ritual untuk hidup, lagi th. dan pemakaman. Setiap ritual punyai ketentuan berlainan yang terkait terhadap acaranya (yaitu lokasi, peserta, kode baju dan style nasi tumpeng). Untuk perumpamaan dalam pemakaman selametan digunakan Tumpeng Pungkur. Sedangkan dalam pernikahan digunakan selametan Tumpeng Robyong. dan dalam kehamilan digunakan selametan Tumpeng Nujuh Bulan. Yang membedakan tumpeng-tumpeng ini adalah bentuk dan komponen dekoratifnya yang punyai arti berbeda-beda cocok dengan kesempatannya.
Komentar
Posting Komentar